RSS

Resah

29 Jan

Sarjana yang pengangguran memang selalu meresahkan masyarakat. Dan saat ini, saya masih dianggap sebagai bagian yang meresahkan itu.  Walaupun sebenarnya saya bekerja secara freelance atau honorer, ternyata sebagian besar masih berpendapat itu sama saja dengan pengangguran, alias tidak punya kerjaan (tetap).

Dan sebagai bagian dari masyarakat, orang tua saya termasuk yang ikut resah. Meskipun tidak terlalu ditampakkan. Mereka sibuk mencarikan pekerjaan, yang terkadang sedikit dipaksakan asal kerja. Wajar saja, karena mereka berpendapat sayang (baca: rugi banget) sudah menyekolahkan anak sampai sarjana, sampai banting tulang mencari biaya sekolah, eh si anak malah tidak punya pekerjaan.

Sebagai seorang istri, sebenarnya sangat besar niat saya untuk mengikuti kemanapun suami saya ditempatkan. Tidak bekerja (tetap) pun tidak mengapa.  Tapi sebagai seorang anak, saya merasa memiliki kewajiban untuk menyenangkan kedua orang tua saya dengan bekerja untuk memanfaatkan gelar sarjana saya itu.

Bukan hanya orang tua saya yang resah. Beberapa kerabat (teman orang tua) juga resah melihat saya hanya bekerja secara freelance. Bukan saya tidak berusaha mencari pekerjaan, hanya saja lowongannya tidak ada. Kalaupun ada, syaratnya tidak bisa saya penuhi.

Misalnya, kemarin ada lowongan CPNS menjadi guru Biologi. Berhubung saya bukan sarjana kependidikan, jika ingin melamar harus menyertakan Akta IV bersama dengan ijazah sarjana yang saya peroleh. Entah mengapa pemerintah masih mengeluarkan syarat seperti itu, sementara Akta IV itu sendiri sudah dihapuskan. Saya yang tidak (sempat) memiliki Akta IV tentu saja tidak bisa memasukkan lamaran CPNS. Seorang kerabat yang mendengar bahwa saya tidak memasukkan lamaran, menganjurkan untuk membeli sertifikat Akta IV yang katanya dikeluarkan oleh lembaga perguruan tinggi ternama seharga sekian juta rupiah. “Itu kan hanya syarat saja, tidak ada yang bakal periksa kok. Lagipula sertifikatnya bukan tahun sekarang jadi ga akan ketahuan”, tambah si kerabat ini.

*Sigh*. Sekarang giliran saya yang resah.

Bukannya saya menyombongkan diri, tapi saya lebih memilih tidak mempunyai pekerjaan, daripada mendapatkan pekerjaan dengan cara yang tidak benar. Cara seperti itu sangat bertentangan dengan hati nurani saya. Mungkin di awal tidak akan ketahuan, tapi siapa juga yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya? Siapa yang mau sepanjang hidup diliputi kegelisahan? Jujur saja, saya termasuk di antara mereka yang ngiler dengan penghasilan guru saat ini yang kabarnya semakin membaik. Tapi dengan cara itu, maaf. Tidak. Terima kasih.

Lagipula saya tidak benar-benar pengangguran kok. Saya masih punya penghasilan, walaupun sedikit dan diterima hanya sekali dalam beberapa bulan tergantung kontrak kerjanya. Ilmu yang saya peroleh lewat gelar sarjana itu masih bisa saya aplikasikan, dan bukan tidak terpakai begitu saja. Tinggal bagaimana meyakinkan orangtua bahwa freelance itu juga bekerja.

Pernah suatu waktu, saya bersama orang tua bertemu dengan saudara yang sudah lama tidak berjumpa. Saudara ini bertanya, “Jadi, Desty sudah bekerja ya?”. Baru saja saya ingin menjawab, tiba-tiba orang tua saya berkata sambil tersenyum malu, “Ah.. belum. Ini juga masih nyari pekerjaan.”  Dan saya pun ikut tersenyum.

 
17 Komentar

Ditulis oleh pada Januari 29, 2010 inci tentang mereka, tentang saya

 

Tag: , ,

17 responses to “Resah

  1. Riza-Arief Putranto

    Januari 29, 2010 at 11:16 pm

    berprinsip memang sulit, tp yah, nanti jg pasti ada jalan keluar… ^^

     
  2. mas stein

    Januari 30, 2010 at 1:19 am

    segala sesuatu harus diawali dengan niat yang baik, dan dilakukan dengan proses yang benar. rejeki sudah ada yang ngatur mbak

     
  3. desty

    Januari 30, 2010 at 4:13 am

    itu juga yg diucapkan hati nurani saya,mastein. dan itu yg saya jalani 🙂

     
  4. christin

    Januari 30, 2010 at 5:33 am

    Ayo mbak Desty semangat! Btw saya ikut seneng loh ortu mba Desty engga nuntut ini itu.. Soalnya ada ortu temen saya yang luar biasa malu punya anak pengangguran sampe tiap kali bilang sama temen2 dan tetangganya “itu anak saya engga nganggur kok, lagi persiapan mau sekolah master.”

    uuuuhh temen saya jadi makin tertekan aja dong

     
  5. desty

    Januari 30, 2010 at 8:23 am

    tengkyu,chris.. sy msh semangat dan sgt menikmati jd freelance..hehe

     
  6. wongiseng

    Januari 30, 2010 at 9:27 am

    Kalau ada teman sesama freelancer diajak aja main ke rumah 🙂 Biar mereka ngobrol dengan orang tua mbak Desty, supaya lebih terbuka bahwa zaman sudah berubah. Banyak yang menjadi freelancer bukan karena terpaksa, tapi sebagai pilihan yang dianggap lebih sesuai.

     
  7. elia|bintang

    Januari 31, 2010 at 7:07 pm

    hhmmm.. orang tuanya mbak desty dikasih buku cashflow quadrant-nya robert kiyosaki aja pas ulg thn. setelah itu, mungkin lebih bisa menerima pilihan utk jadi freelancer, businessperson, dll 😀

     
  8. warm

    Februari 2, 2010 at 1:29 am

    saya suka sikapmu

    itu keputusan yg tepat 🙂

     
  9. clingakclinguk

    Februari 2, 2010 at 4:14 am

    terkadang saya malah iri melihat para freelancer, ndak terlalu terikat.

     
  10. vinosakaiulani

    Februari 2, 2010 at 12:34 pm

    🙂
    saya sedang memutuskan akan keluar dari pekerjaan ini, karena merasa tidak cocok dengan jam kerjanya yang gila-gilaan, tapi terhambat oleh pendapat orang tua yang tidak mau anaknya jadi pengangguran.
    huff, capek juga ya..

     
  11. desty

    Februari 2, 2010 at 11:34 pm

    @wongiseng : kayaknya pemikiran orangtua saya sudah “berkarat”.
    @elia bintang : bukunya ada, el.. mbacanya yang nggak.. 🙂
    @warm : tengkyu mas…
    @clingakclinguk : emang enak sebenarnya jadi freelancer
    @vino : welcome to the world 😀

     
  12. aRuL

    Februari 3, 2010 at 1:34 am

    kebalik dg ortu saya tuh, sy disuruh balik ke palopo 😀 hehehe

    bukannya sudah maki di Unanda itu kak?

     
    • desty

      Februari 3, 2010 at 9:07 am

      bukan di unanda dek.. tapi di uncok..

       
  13. darahbiroe

    Februari 3, 2010 at 4:39 am

    saya masih pengacara ajahhhhh

    berkunjung n ditunggu kunjungan baliknya makasih

     
  14. qoe

    Februari 4, 2010 at 4:59 am

    tetap semangat……

     
  15. Eka Situmorang-Sir

    Februari 11, 2010 at 9:59 pm

    Ah.. salut buat Desty! 😉
    Yang jalannya lurus gak mau mau ambil jalan pintas…
    Non, kalo sampe beli2 akta IV gituh… duuuh nanti di masa depan kalo sampe ada apa2 gimana?

    Btw.. buat gue pribadi, kerjaan itu gak harus selalu full time loh..
    mau pasrt time mau jadi ibu rumah tangga, itu adl kerjaan.
    Heran yah, kenapa org gak nganggap ibu rumah tangga itu profesi 😀
    itu susah lho!

    *hihihi pagi2 misuh2 di blog orang 😀 hahaha
    Met pagi Desty 🙂
    Met aktivitas

     
    • desty

      Februari 11, 2010 at 11:53 pm

      itulah eda, kalo sampai di depannya kenapa2 kan ga tenang juga…

       

Tinggalkan Balasan ke vinosakaiulani Batalkan balasan