“Jadi kapan lo nikah?”
Seandainya saya bisa mengumpulkan tanda tangan dan fotocopy identitas dari setiap orang yang bertanya demikian ke saya, lalu menyodorkannya pada Tuhan sebagai lampiran dari surat permohonan saya . Dan beginilah isi surat permohonan saya pada Tuhan :
“Dear God,
Bersama surat ini, saya mengajukan permohonan untuk memiliki seorang pendamping hidup. Usia saya sudah cukup untuk menikah. Saya sudah punya pekerjaan yang tetap. Penampilan saya jauh dari kata jelek (hey.. thanks to You for thus blessing).
Sebagai bahan pertimbangan, berikut saya melampirkan tanda-tangan dan fotocopy identitas orang-orang yang sering menanyakan hal itu. Mungkin mereka juga mengharapkan hal yang sama dengan yang saya harapkan. Terima kasih atas perhatianMu.
Yang bermohon,
HambaMu.”
Sayangnya… Tuhan tidak seperti politisi atau lembaga dimana kita bisa mengajukan petisi agar apa yang kita inginkan terkabulkan. Hal yang bisa kita lakukan, hanyalah berharap, berserah, dan terus menantikan sampai Dia memberi jawaban dari pertanyaan “kapan” yang mengganggu itu.
Memberikan pertanyaan seperti itu, sama saja dengan mempertanyakan “kapan lo dipanggil Tuhan?” alias tidak ada seorang manusia pun yang tahu pasti jawabannya. Pertanyaan yang klise memang, dan sering digunakan untuk berbasa-basi. Hanya saja, terkadang (okey…seringnya) mengganggu buat yang mendengarnya.
Sementara itu, sambil menunggu jawaban dari Tuhan, mungkin saya bisa memberikan alternatif jawaban pada mereka yang bertanya,
“Jadi, kapan lo nikah?”
“Hm… ntar deh pertanyaan lo gw sampaikan juga ke Tuhan. Gw juga lagi nanya sama Dia. Okey?”
PS. Cerita di atas bisa juga digunakan untuk jenis pertanyaan “kapan lainnya”. Misalnya, “kapan lo punya anak?”. Btw, ini hanya cynical thought dari saya yang sedang melonjak hormonnya. Aplikasi dari cerita di atas dalam kehidupan nyata di luar tanggung jawab penulis dan penerbit. And, FYI “saya” is not me. I’ve been married *info nggak penting* 🙂
mobil88
Januari 23, 2010 at 9:25 am
good article
rizaputranto
Januari 23, 2010 at 12:52 pm
hehe.. masih berlaku untukku yah? ^^ tukar link blog yuuk.. punya lu dah ada di gw ^^
theodora
Januari 24, 2010 at 1:31 am
ha..ha… ngocol….tapi tuh bagus buat cambukan buat cari kerjaan biyar sukses dulu baru nikah…ha..ha… jangan nikah dulu sebelum sukses…
desty
Januari 27, 2010 at 4:43 am
ukuran sukses kan variatif.. gimana kalo yang nanya ukuran suksesnya ya nikah itu.. 😀
tikeu
Januari 26, 2010 at 3:09 am
kapan-kapan…^^
clingakclinguk
Januari 27, 2010 at 4:49 am
apa perlu skalian dibuatkan gerakan sejuta facebooker dukung desty nikah? hahahahaha….
tukangobatbersahaja
Januari 27, 2010 at 8:18 am
kapan nikah?
May 😀 😀
desty
Januari 29, 2010 at 11:10 pm
Maybe Yes..Maybe No 🙂
elia|bintang
Januari 27, 2010 at 12:50 pm
sama kyk saya kalo ditanya “kapan lo berhasilnya?” dengan nada sinis, pdhl yg nanya jg blm berhasil 😐
bukan facebook
Januari 29, 2010 at 10:47 am
Bukan kcepatannya yang penting…tapi gimana kualitasnya ketika udah nikah rasanya sih itu lebih penting. 😀
edda
Januari 29, 2010 at 4:11 pm
huahahahaha, klo bs kirim surat ama Tuhan kayak gitu
saya juga mau kirim surat, secepatnya malah, hahahaha
clingakclinguk
Februari 2, 2010 at 4:21 am
pertanyaan ini masih ada ya? hahahaha….saking seringnya ditanya jadi serasa ndak denger apa-apa klo ada pertanyaan ini.
bgitu ditanya, serahin proposal pendanaan buat resepsi yang super mewah, ngundang artis ternama, acaranya 7 hari t malam, hayo yg nanya apa siap mendanai smuanya, klo mau, sbg mempelai saya siap kapan saja, hahahaha….
eevooi
Februari 10, 2010 at 12:08 am
soon… 🙂
insya Allah…